Search
Close this search box.

Napoleon Bonaparte

Foto: jagranjosh.com

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

Apa yang bisa dipelajari dari Napoleon? Ia memang punya intelek yang sangat tinggi, bahkan bisa dikatakan ia seorang jenius. Ia orang yang sangat rajin baca sejarah. Ia pun banyak menemukan teknik-teknik pertempuran yang inovatif. Penggunaan organisasi yang juga waktu itu membuat inovatif. Ia dikenal mulai membuat prinsip-prinsip perang, dimana ajaran-ajarannya pernah dikumpulkan dalam suatu buku yang berjudul The Officer’s Manual, the Maxim of War.

Napoleon berhasil membangkitkan kesetiaan dari prajuritnya, sampai saat-saat terakhir. Ciri khas seorang Napoleon adalah bergerak cepat. Cari titik berat konsentrasi musuh dan lakukan manuver untuk mencapai pemusatan di titik berat kekuasaan musuh, yang Napoleon selalu sebut “the center of gravity of the enemy.”

Napoleon Bonaparte adalah nama yang sangat tersohor dalam sejarah dunia. Ia dianggap genius dalam militer dan politik pada zamannya. Ia lahir pada tahun 1769. Sebenarnya ia berasal dari Corsica, yang pada saat itu sering bergantian dikuasai oleh Prancis atau Italia, atau kerajaan-kerajaan di Italia.

Pada umur 10 tahun, Napoleon menjadi siswa di Akademi Militer Brienne pada tahun 1779, dan kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi pada usia 15 tahun. Dia suka memimpin rekan-rekannya dalam berbagai permainan. Ia dikenal sangat cerdas, matematiknya sangat baik, sehingga ia masuk dalam Korps Artileri. Pada saat itu Korps Artileri adalah korps yang paling maju, paling modern pada saat itu.

Sebagai perwira muda Artileri, ia mulai terlibat dalam pertempuran-pertempuran, karena pada saat itu yaitu sekitar tahun 1797, pada saat Revolusi Prancis dan seterusnya, Prancis dilanda peperangan terus menerus.  Karier militernya naik pesat setelah ia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang tak terduga, yaitu menembakkan meriam di Kota Paris dari atas Menara pada tahun 1795.

Begitu banyak negara-negara lain menyerang Prancis dan akhirnya Prancis harus terlibat dalam banyak pertempuran dan peperangan untuk mengusir negara-negara asing yang menyerbu Prancis. Di situ, Napoleon muda mulai menonjol, mulai dari pertempuran-pertempuran di Toulouse, dimana ia menonjol sebagai seorang perwira muda dalam menyeberangi jembatan yang dikuasai oleh tembakan musuh. Ia memimpin perebutan dan mengalahkan musuh pada saat itu yang menguasai Toulouse. Toulouse adalah kota yang berada di daerah pantai selatan Prancis.

Baca Juga :   Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto

Dengan keberhasilan itu mulailah menanjak karier gemilang Napoleon, sehingga ia menjadi jenderal pada usia yang relatif muda. Pertempuran pertama yang menjadikan Napoleon sangat terkenal adalah pertempuran Marengo di Italia Utara, dimana ia berhasil mengalahkan tentara Austria. Dari Marengo, berturut-turut karier Napoleon meningkat, sehingga ia menjadi pemimpin politik sebagai Konsul Prancis bersama dua Konsul lainnya.

Baca Juga :   Fondasi Indonesia Maju: Potensi Negara Kita [Pasar Domestik Indonesia]

Sebagai Konsul pertama ia adalah de facto sebagai pemimpin Prancis. Dari situ ia mengonsolidasikan kekuasaannya dan menyatakan dirinya sebagai Kaisar atau Emperor dari Prancis. Sebagai Emperor dari Prancis, ia memenangkan pertempuran-pertempuran terkenal. Ia berhasil menguasai hampir seluruh Eropa Barat. Hampir seluruh Jerman dikuasai, negeri Belanda, Belgia, Spanyol, Polandia, Swiss, dan Italia Utara.

Baca Juga :   Pejuang Nasional Marsekal Muda TNI Prof. Dr.  Abdulrachman Saleh

Kemudian, ia berusaha menegakkan suatu sistem yang disebut Sistem Kontinental. Ia juga melahirkan yang disebut Kode Napoleon yang sekarang menjadi dasar undang-undang sebagian besar negara-negara di Eropa sampai hari ini. Dengan Kode Napoleon, ia memberlakukan serangkaian reformasi politik dan sosial penting yang memiliki dampak dan berlangsung lama pada masyarakat Eropa, termasuk sistem peradilan, konstitusi, hak suara untuk semua pria dan akhir feodalisme. Selain itu, ia mendukung pendidikan, sains, dan sastra. Kode Napoleon juga mengkodifikasi kebebasan kunci yang diperoleh selama Revolusi Prancis, seperti toleransi beragama.

Napoleon dikenal sebagai ahli strategi dan ahli taktik yang cemerlang. Konon diperkirakan oleh para ahli, IQ dia berada di atas 170. Ia mampu mendikte 15 tulisan sekaligus. Ia sangat teliti dalam merencanakan kampanye-kampanye militer dan pertempuran-pertempuran militer. Ia terkenal dengan sistem pertempuran menggunakan Korps, yang pertama kali organisasi Korps tentara, yang terdiri dari berbagai divisi. Ia juga dikenal dengan gaya pertempuran yang mengandalkan manuver dan kecepatan bergerak. Pasukan Napoleon dikenal sebagai pasukan yang bisa bergerak lintas medan sangat cepat.

Baca Juga :   Fondasi Indonesia Maju: Potensi Negara Kita [Pasar Domestik Indonesia]

Keunggulan dan kecemerlangan Napoleon dalam pertempuran mungkin yang membuatnya menjadi overconfident, dimana ia memutuskan untuk menyerang Rusia. Padahal Rusia adalah negara yang sangat luas dan besar, dengan tentara yang sangat kuat, dan dengan iklim yang tidak bersahabat yaitu musim dingin yang sangat-sangat berat, yang sering kali jatuh pada temperatur minus -40 sampai -50 Celcius.

Baca Juga :   Unsur-Unsur Kepemimpinan

Napoleon menganggap bahwa ia mampu dengan kekuatan yang lebih dari 600.000 orang ia menyerang Rusia. Di sinilah untuk pertama kali, Napoleon kelihatan ada batas kemampuannya. Walaupun ia sampai ke Moskow dan ia menganggap bahwa pertempuran untuk merebut Moskow yaitu Pertempuran Borodino merupakan suatu kemenangan. Sesungguhnya Borodino adalah suatu pertempuran yang bisa dikatakan remis atau draw. Baik Prancis dan Rusia mengalami jumlah korban yang hampir sama, walaupun pada akhirnya pihak Rusia telah meninggalkan medan pertempuran lebih dahulu.

Baca Juga :   The Egyptian Strategy for The Yom Kippur War: An Analysis

Pada zaman itu, mereka yang meninggalkan medan pertempuran lebih dulu dianggap pihak yang kalah. Padahal, Panglima Rusia yang dipercaya oleh Kaisar Rusia yaitu Kutuzov adalah seorang Panglima yang piawai dan kawakan. Pada saat pertempuran Borodino, Jenderal Kutuzov sudah berusia 67 tahun.

Kutuzov memilih strategi perang berlarut yaitu jangan memberi kepada pihak Prancis kesempatan untuk memenangkan pertempuran yang menentukan. Setiap kali Prancis mau bertempur, Kutuzov memundurkan pasukannya. Ia menggunakan prinsip menukar ruang untuk memenangkan waktu dan untuk menarik Napoleon jauh dari garis logistiknya.

Kutuzov pun meyakinkan Kaisar untuk meninggalkan Moskow sebagai Ibu Kota, meninggalkan Kremlin, bahkan meyakinkan Kaisar untuk diizinkan membakar Moskow, membakar Ibu Kota. Kutuzov memilih strategi bumi hangus. Lebih baik semua milik Rusia dibakar daripada jatuh ke tangan musuh. Akibatnya, Napoleon masuk Moskow dalam keadaan terbakar. Kemudian hampir semua ladang gandum di sekitar Moskow juga kalau sudah tidak dipanen, panennya dibawa, kalau tidak dibakar, sehingga pasukan Prancis tidak bisa dapat logistik dan makanan dari Moskow.

Baca Juga :   Pejuang Nasional Marsekal Muda TNI Prof. Dr.  Abdulrachman Saleh

Setelah beberapa minggu akhirnya Napoleon memutuskan untuk meninggalkan Moskow dan keluar dari Rusia. Dalam pemundurannya dari Moskow, tentara Prancis yang terdiri dari 600.000 orang pada saat masuk ke Rusia hancur dalam pemundurannya dan kembali ke Prancis mungkin tinggal berapa puluh ribu saja. Tidak sampai 30.000, konon ceritanya. Di situ mulai kehancuran Napoleon. Ia berusaha untuk bangkit tetapi pasukan terbaiknya sudah hancur dan akhirnya ia mulai dikalahkan dalam pertempuran. Ia dipaksa turun dari takhta dan diungsikan ke Pulau Elba.

Baca Juga :   The Egyptian Strategy for The Yom Kippur War: An Analysis

Tahun 1815, ia lolos dari Elba dan berusaha kembali ke puncak kejayaannya, membentuk suatu pasukan dan bergerak ke utara untuk menghancurkan pasukan sekutu yang sedang berkumpul di bawah pimpinan Duke of Wellington. Di situlah terjadi pertempuran Ligny, dimana ia masih berhasil mengalahkan pihak Rusia. Tapi kemudian, ia berhadapan dengan Duke of Wellington di medan pertempuran Waterloo, bagian selatan Brussel. Di situlah Napoleon menemukan kekalahannya yang paling besar bagi dirinya dan bagi Prancis pada saat itu. Tentara gabungan Inggris, Belanda, dan Rusia bergabung berhadapan dengan Napoleon dan akhirnya Napoleon kalah dalam pertempuran di Waterloo.

Baca Juga :   Fondasi Indonesia Maju: Potensi Negara Kita [Lokasi Strategis Indonesia]

Apa yang bisa dipelajari dari Napoleon? Ia memang punya intelektualitas yang sangat tinggi, bahkan bisa dikatakan ia seorang jenius. Ia orang yang sangat rajin baca sejarah. Ia belajar dari Julius Caesar, Gustavus Adolphus, Frederick Agung, dan hampir semua kisah-kisah dan pengalaman-pengalaman panglima-panglima tersohor pada saat itu. Ia pun banyak menemukan teknik-teknik pertempuran yang inovatif. Penggunaan organisasi yang juga waktu itu termasuk inovatif. Ia dikenal mulai membuat prinsip-prinsip perang dan mengajarkan prinsip-prinsip perang, dimana ajaran-ajarannya pernah dikumpulkan dalam suatu koleksi buku yang berjudul The Officer's Manual, the Maxims of War.

Beberapa ajaran Napoleon antara lain: lebih baik satu Panglima yang biasa-biasa saja, daripada dua Panglima yang cemerlang. Dua, ajaran lain dari Napoleon adalah saya lebih suka lebih baik seorang Panglima yang beruntung, daripada Panglima hebat tapi tidak beruntung.

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga