Search
Close this search box.

Jenderal TNI (TNI) Djoko Santoso

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Djoko menjadi wakil saya di Batalyon Infanteri 328 sewaktu saya menjadi Danyon. Pak Djoko Santoso ini orang yang sangat cerdas. Seorang pekerja keras. Ia sangat teliti dalam pekerjaan, dan ia bekerja sangat lengkap. Sehingga waktu itu saya menganggap dia itu pasangan ideal saya.

Waktu saya jadi Danyon, dan dia Wadanyon, kita berhasil membawa Batalyon 328 ke suatu titik yang cukup membanggakan. Batalyon yang berprestasi di daerah operasi dan berprestasi di daerah basis. Batalyon yang unggul dalam ilmu-ilmu kemiliteran. Batalyon yang memiliki disiplin yang kuat, jiwa korsa yang kuat, jumlah desersi yang hampir tidak ada dan seterusnya.

Baca Juga :   Fondasi Indonesia Maju: Fondasi Ekonomi dari Presiden Joko Widodo [Pembangunan Infrastruktur]

Alhamdulillah, dalam perjalanan kariernya Pak Djoko Santoso yang pernah jadi wakil saya, ternyata melebihi saya dalam karier militer. Kalau saya hanya sampai Letnan Jenderal, beliau mencapai Jenderal bintang 4. Beliau mencapai jabatan KASAD, dan bahkan jabatan tertinggi dalam TNI yaitu sebagai Panglima TNI.

Tapi selama itu ia tidak pernah sombong. Setiap naik pangkat, walaupun saya sudah pensiun, ia minta waktu untuk menghadap saya untuk melaporkan dia naik pangkat. Suatu saat dia menjadi KASAD bintang 4, dia minta waktu ketemu saya. Saya tolak. Saya sampaikan, “jangan, kasih tahu Pak Djoko dia bintang 4 dan saya bintang 3. Biar saya yang datang ke beliau.”

Baca Juga :   The Future of Strategy

Saat itu beliau tetap menolak. Beliau memandang saya sebagai seniornya, memandang saya sebagai mantan komandannya, dan memandang saya sebagai gurunya sehingga pada setiap keberhasilan beliau tetap datang untuk memberi hormat kepada saya.

Saya terharu atas sikap beliau. Sampai suatu saat kita saling ngotot. Beliau mau datang saya tolak, saya yang mau datang beliau tolak. Akhirnya kita kompromi, kita ketemu di sebuah restoran. Netral.

Baca Juga :   Program Kerja: Asta Cita 4

Demikianlah hubungan saya dengan seorang Djoko Santoso. Setelah dia pensiun, dia bersedia gabung dengan partai saya GERINDRA dan di GERINDRA saya sebagai Ketua Dewan Pembina, dan beliau sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina.

Bayangkan, bagi beliau pangkat dalam militer adalah satu hal tetapi beliau bisa memandang perjuangan pengabdian untuk merah putih, pengabdian untuk bangsa negara itu kadang- kadang memiliki dimensi lain. Beliau bersedia menjadi wakilnya seorang Letnan Jenderal purnawirawan. Itu contoh jiwa besar yang diperlihatkan oleh Pak Djoko Santoso. “Rame ing gawe sepi ing pamrih,” itu saya ingat dan itulah saya kira teladan seorang Djoko Santoso.

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga