Berkat Sekolah Rakyat, Anak Ibu Tunggal Ini Kini Punya Harapan Lebih Tinggi
16 Agustus 2025
Jakarta — Hidup tanpa kehadiran ayah tidak membuat langkah Andra Farizki Ramdhani terhenti. Di bawah asuhan ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga, siswa kelas 10-4 Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 10 Jakarta Selatan itu menemukan harapan baru lewat hadirnya Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
Di tengah keterbatasan ekonomi, Andra mengaku Sekolah Rakyat telah membuka jalan baginya untuk meraih pendidikan yang layak.
“Buat Bapak Presiden Prabowo, terima kasih udah buat Sekolah Rakyat. Karena ini buat orang-orang nggak mampu. Bikin anak-anak semangat belajar, nggak males-malesan, biar pinter juga. Ini juga bikin Indonesia maju,” ucapnya penuh haru saat ditemui di sekolahnya, Selasa (12/8).
Sekolah Rakyat tempat Andra belajar adalah sekolah berasrama. Baginya, masa adaptasi di asrama adalah pengalaman berharga meski penuh tantangan. “Kesannya pasti jauh dari orang tua, masih kangen. Tapi enaknya di sini rame sama teman-teman, ada aja kisah lucunya,” kata Andra.
Rutinitas hariannya padat: bangun pagi, salat Subuh, olahraga, hingga upacara sebelum masuk kelas. Sore hari ia biasa menelpon ibunya untuk sekadar menanyakan kabar. “Dulu dibangunin mama, sekarang dibangunin teman. Dulu makan masakan mama, sekarang makan rame-rame,” ujarnya lirih.
Meski kadang merasa suntuk dengan lingkungan asrama yang itu-itu saja, Andra menemukan semangat dari persahabatan. Ia sering bercanda dengan Fatir dan Reza, dua teman dekatnya di kamar.
Dari hal sepele seperti rebutan kamar mandi hingga bercanda karena lupa menaruh barang, semuanya menjadi bumbu kebersamaan. “Asik aja ngobrol sama mereka. Jadi kayak keluarga sendiri,” katanya.
Fasilitas Lengkap, Belajar Lebih Nyaman
Menurut Andra, fasilitas di SRMA 10 jauh di atas bayangannya. Kasur yang nyaman, ruang belajar yang memadai, hingga lingkungan yang membuatnya lebih fokus. “Sekolah umum lebih gampang ngantuk, kalau di sini engga. Gurunya ngejelasin detail banget, jadi gampang nangkep,” jelasnya.
Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, mulai dari Paskibra, Palang Merah Remaja (PMR), hingga tetap menekuni cabang olahraga judo. Selain itu, pelajaran informatika menjadi favoritnya.
Meski hidup tanpa ayah, semangat Andra untuk meraih cita-cita tetap membara. Ia bercita-cita menjadi atlet judo sekaligus melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Pertahanan (Unhan). “Pengennya masuk Unhan. Mama minta di situ, jadi saya ngikutin aja karena mama pasti pilih yang terbaik,” ujarnya.
Bagi Andra, keinginan itu bukan semata ambisi pribadi, tapi juga bentuk baktinya pada sang ibu. “Mama yang selalu support saya selama ini. Orang lain kadang ngeremehin, anggap saya nggak bisa apa-apa. Tapi mama selalu doain saya bisa. Saya cuma mau bilang tetep sayang mama selamanya, abis itu saya peluk mama,” katanya penuh haru.
Andra bersyukur karena bisa bersekolah tanpa beban biaya. Menurutnya, Sekolah Rakyat memberikan peluang besar bagi anak-anak tak mampu yang ingin belajar sungguh-sungguh.
“Kalau sekolah lain harus ikut SNBP, kalau di sini tinggal daftar. Kalau sekolah negeri masih ada biaya tambahan, kayak seragam. Kalau di sini nggak ada,” ujarnya.
Bagi Andra, Sekolah Rakyat adalah pintu harapan. Dari ruang kelas, lapangan olahraga, hingga kamar asrama, semuanya membentuk pengalaman yang tidak hanya membangun pengetahuan, tetapi juga menempanya menjadi pribadi mandiri. Dengan tekad kuat dan doa ibunya, ia percaya mimpi-mimpi itu akan semakin dekat.