Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto]ÂÂ
“Dalam sejarah Barat pun tindakan Salahudin dikenang sebagai negarawan yang sangat baik. Apa yang ia lakukan, dibandingkan pada saat Yerusalem direbut tentara crusader, yang banyak sekali pembunuhan terhadap orang Islam dan orang Yahudi, sehingga disebut bahwa pernah darah mengalir setinggi lutut di Yerusalem.
Berbeda dengan Salahuddin, yang begitu masuk Yerusalem, tindakan pertama ia adalah menjaga semua gereja dan semua sinagoge milik Yahudi. Salahuddin dihormati dan disegani karena cara berperangnya penuh sifat dan jiwa kesatria.”
Salahuddin Al Ayubi lahir tahun 1.138 Masehi di Benteng Tikrit, Irak. Ia adalah pemimpin dan panglima Islam yang sangat terkenal menghadapi invasi-invasi dari crusader-crusader Eropa Barat pada tahun 1169 sampai 1176 Masehi.
Salahuddin terkenal karena ia berhasil merebut Yerusalem dari kalangan raja-raja Kristen. Oleh tentara-tentara Eropa atau tentara Kristen, Salahuddin dihormati dan disegani karena cara berperangnya penuh sifat dan jiwa kesatria.
Pernah dalam satu pertempuran lawan dia yang tangguh yaitu melawan Raja Richard Pertama dari Inggris pernah dikepung oleh tentara Arab di bawah Salahuddin. Salahuddin dari suatu bukit memperhatikan bahwa Richard terkepung dan terjatuh dari kudanya dan kudanya mati terbunuh sehingga Richard bertempur di depan, bertempur dikepung tentaranya Salahuddin.
Akhirnya Salahuddin mengirim adiknya sendiri untuk membawa kuda dan mengatakan tidak pantas seorang raja bertempur tanpa kuda. Adiknya sendiri yang mengantar kuda kepada Raja Richard, sehingga Raja Richard menaiki kuda tersebut untuk melanjutkan pertempuran dan dibiarkan lolos oleh anak buah Salahuddin.
Contoh-contoh sifat kesatria macam inilah yang membuat Salahuddin dikagumi oleh orang-orang Barat. Sampai dengan saat ia mau merebut Yerusalem, ia pun memberi kesempatan untuk semua penghuni yang beragama Kristen dan Yahudi yang ingin meninggalkan Yerusalem tanpa dilukai atau disakiti oleh tentaranya.
Dalam sejarah Barat pun ini dianggap suatu tindakan negarawan yang sangat baik, dibandingkan pada saat Yerusalem direbut tentara crusader banyak sekali pembunuhan terhadap orang Islam dan orang Yahudi, sehingga disebut bahwa pernah darah mengalir setinggi lutut.
Berbeda dengan Salahuddin yang begitu masuk Yerusalem tindakan pertama ia adalah menjaga semua gereja dan semua sinagoge milik Yahudi. Ia pun menolak untuk tinggal di istana, tapi ia tinggal di masjid. Demikian sosok leadership Salahuddin.
Yang juga menarik perhatian saya adalah waktu Salahuddin meninggal, seluruh jajaran istana dan pemerintahan bingung. Kenapa? Mereka mengetahui ternyata Salahuddin tidak meninggalkan harta karun apa pun. Ia tidak punya kekayaan apa pun. Akhirnya, para panglima daerah dan para emir dari semua wilayah diminta mengirim dana agar pemakaman Salahuddin dapat dilakukan dengan pantas.
Demikianlah leadership seorang pemimpin yang luar biasa. Ia pernah berkuasa di dunia Islam di Timur Tengah, pada saat itu dari seluruh Jazirah Arab, Irak, Suriah, Lebanon, Mesir, sampai dengan Libya berada di bawah kekuasaan Salahuddin. Tetapi, dia tidak memperkaya diri dan tidak memiliki kekayaan apa pun. Sosok leadership ini yang sangat sulit.