Sukses di banyak negara, konsep “Free Lunch” atau makan siang gratis di sekolah ternyata mendapatkan sambutan positif dan kini menjadi kenyataan di Indonesia. Program ini diinisiasi oleh Prabowo Gibran, paslon nomor urut 2 yang berkomitmen untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya anak-anak di sekolah.
Melihat kesuksesan program serupa di negara-negara lain, Prabowo Gibran merasa penting untuk membawa konsep ini ke Indonesia. Tujuannya tidak hanya memberikan nutrisi yang cukup kepada anak-anak di sekolah, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung pertumbuhan positif para siswa.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi yang besar, selalu berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anaknya. Salah satu upaya nyata yang telah dilakukan adalah melalui program pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah. Program ini telah mengalami transformasi dari tahun 1997 hingga 2019, melibatkan inisiatif seperti Pemberian Makanan Tambahan – Anak Sekolah (PMT-AS) dan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
1. PMT-AS (1997-2000): Fondasi Awal
Pada periode tahun 1997 hingga 2000, Indonesia meluncurkan program PMT-AS. Inisiatif ini bertujuan memberikan makanan tambahan kepada anak-anak di sekolah untuk memastikan asupan gizi yang memadai. Upaya ini memperlihatkan kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan generasi muda.
2. WFP Pemberian Makanan di Sekolah (2005-2010): Kerjasama Internasional
Antara tahun 2005 hingga 2010, Indonesia bekerja sama dengan World Food Programme (WFP) untuk mengimplementasikan program pemberian makanan di sekolah, dengan fokus pada biskuit kaya gizi. Kerjasama internasional ini membantu mengatasi masalah gizi anak di sekolah dan memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan mereka.
3. PROGAS (2016-2019): Perluasan dan Perbaikan
Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang memadai. Dengan berbagai perubahan dan perbaikan, PROGAS memiliki cakupan wilayah yang semakin luas dari tahun ke tahun.
Cakupan Wilayah PROGAS:
2016: 5 provinsi, 2 kabupaten/kota, 146 Sekolah Dasar, 38.457 Murid
2017: 5 provinsi, 11 Kabupaten/kota, 563 Sekolah Dasar, 99.988 Murid
2018: 20 Provinsi, 64 kabupaten/kota, 634 sekolah dasar, 100.136 murid
2019: 20 provinsi, 39 kabupaten/kota, 794 sekolah dasar, 100.833 murid
Data ini mencerminkan komitmen pemerintah Indonesia untuk melibatkan lebih banyak wilayah dan sekolah dalam upaya meningkatkan gizi anak-anak. Dengan demikian, PROGAS berhasil memberikan dampak yang lebih luas dan positif terhadap perkembangan anak-anak Indonesia.
Perjalanan program gizi anak sekolah di Indonesia dari PMT-AS hingga PROGAS menunjukkan evolusi yang signifikan dalam pendekatan pemerintah terhadap kesejahteraan anak-anak. Dengan melibatkan kerjasama internasional, perluasan cakupan wilayah, dan peningkatan jumlah sekolah dan murid yang terlibat, Indonesia telah memberikan bukti nyata komitmennya untuk meningkatkan kualitas hidup generasi muda melalui pemenuhan kebutuhan gizi mereka.
Sumber: Tim Senopati