Search
Close this search box.

Pedang Allah, Marsekal Khalid bin Walid

Foto : katadata.co.id

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

"Khalid bin Walid mungkin adalah jenderal terbaik sepanjang sejarah manusia. Karena dia, Islam jadi agama besar. Walau sempat berperang melawan Islam, setelah memeluk Islam ia menjadi pimpinan 100-an pertempuran membela Islam. Walau ia hampir selalu kalah jumlah dan harus berhadapan dengan kerajaan Romawi Timur dan Persia yang memiliki persenjataan lebih baik, ia tidak pernah kalah dalam bertempur. 100 kali bertempur, 100 kali menang.

Kehebatannya sebagai jenderal perang membuatnya mendapat gelar “Pedang Allah” oleh Nabi Muhammad SAW.”

Seperti Nabi Muhammad SAW, Khalid lahir di Mekkah sebagai bagian dari bangsa Quraish. Ayahnya, Walid bin Mughirah, adalah seorang saudagar Quraish ternama. Sebagaimana bangsa Quraish pada waktu itu, Khalid kecil mengikuti kebiasaan bangsanya untuk merampas dagangan bangsa-bangsa yang melewati lajur perdagangan Mekkah. Nalurinya untuk berperang diasah dari mengikuti kebiasaan ini.

Saat sudah mulai dewasa, Khalid mengikuti pimpinan bangsa Quraish pada saat itu Abu Sufyan untuk berperang melawan Nabi Muhammad SAW. Saat itu Rasullah sudah hijrah ke Madinah.

Tiga kali Khalid berperang melawan Islam. Pertama di perang Badar (624 M), kedua di perang Uhud (625 M) dan ketiga di perang Khandaq (627 M). Di ketiga peperangan ini, pasukan Quraish pimpinan Khalid selalu unggul jumlah dari pasukan Islam. Sering kali jumlah pasukan Quraish tiga kali lebih besar dari pasukan Islam. Walaupun begitu, pasukan Quraish selalu kalah taktik dengan pasukan pimpinan Nabi Muhammad SAW.

Kekalahan demi kekalahan yang dialami Khalid membuatnya sadar atas keunggulan Nabi Muhammad SAW sebagai jenderal perang. Ia sadar bahwa kemenangan Nabi Muhammad SAW bukan semata-mata kemenangan taktik perang (how to win a battle), tapi keyakinan kenapa berperang (why fight a battle). Keyakinan berperang umat Islam yang jauh di atas kaum Quraish membuatnya sadar ia berperang untuk sisi yang salah. Khalid pun hijrah dari Mekkah ke Madinah pada tahun 627 M dan memeluk agama Islam di depan Rasulullah SAW.

Setelah memeluk Islam, sejarah mencatat Khalid dipercaya memimpin sekitar 100 pertempuran yang mendefinisikan alur sejarah Islam. Ia membantu Rasulullah mengambil alih Mekkah pada awal 630 M. Ia mencegah perpecahan peninsula Arab saat Nabi Muhammad SAW wafat pada 632-633 M dengan memastikan seluruh bangsa di peninsula Arab tunduk pada khalifah pertama, Khalifah Abu Bakar, dan menumpas nabi-nabi palsu.

Baca Juga :   Jenderal Charles De Gaulle

Pada saat itu, bangsa Arab berbatasan dengan dua tetangga yang adidaya. Di arah Timur Laut ada kerajaan Persia yang telah berdiri kokoh ribuan tahun. Kerajaan Persia menguasai apa yang sekarang adalah Iraq, Iran, Kuwait dan sebagian Suriah. Sedangkan di arah Barat Laut ada kerajaan Romawi Timur yang juga telah berdiri ribuan tahun. Romawi Timur menguasai apa yang sekarang adalah Turki, Yordania, dan kota suci Yerusalem.

Atas perintah Khalifah Abu Bakar, Khalid membentuk pasukan tidak lebih dari 10.000 pejuang berkuda untuk menyebarkan agama Islam di daerah-daerah yang dikuasai kerajaan Persia. Dalam waktu satu tahun, di 633 M hingga 634 M, Khalid berhasil menaklukkan 8 kota kunci Persia. Ia membuat kerajaan yang sebelumnya tidak terkalahkan dengan formasi perang rantai menjadi kerajaan yang memeluk Islam.

Sebenarnya banyak yang bisa diceritakan tentang Khalid dan kelihaiannya dalam melawan bangsa Persia. Jika diceritakan dengan lengkap di sini, maka buku ini bisa berubah jadi buku Kepemimpinan Militer Khalid bin Walid. Karena itu saya akan mengambil tiga contoh saja, tiga contoh dari masa perang umat Islam melawan Romawi Timur, yang membuat saya sangat kagum dengan Khalid, dan membuat saya menyebutnya jenderal terbaik sepanjang sejarah manusia.

Pertama, Khalid membuktikan bahwa pasukan yang unggul secara taktik dapat selalu mengalahkan pasukan yang secara jumlah dan peralatan tempur lebih banyak dan lebih unggul. Kita bisa lihat ini dalam tiga episode penyerbuan Khalid ke wilayah Romawi Timur yang sekarang Syiria, Palestina dan Israel.

Di Ajnadayn (Juli 634 M), pasukan Khalid dan pasukan Amr Ibn Al-Ash yang berjumlah 10.000 orang berhadapan dengan 60.000 pasukan Romawi Timur: Walaupun pasukan lawan 6x lebih besar, pasukan Khalid berhasil melumpuhkan 50.000 pasukan lawan dengan korban hanya 575 prajurit saja. Keberhasilan di Ajnadayn membuka lajur komunikasi dan logistik pasukan Muslim di front depan perang melawan Romawi Timur dan pimpinan tertinggi di kota Madinah.

Pasukan Romawi Timur yang dipimpin oleh adik kandung Kaisar Heraclius, Theodore, tidak menyangka pasukan Khalid berada di Ajnadayn. Khalid diketahui baru saja menemukan menang perang melawan Persia. Pada saat itu, adalah mustahil bagi Khalid dan anak buahnya untuk menyeberangi dataran gurun Persia dan berada di dalam di wilayah Romawi Timur pada waktu yang tepat untuk memperkuat ekspedisi Amr Ibn Al-Ash. Namun, Khalid berhasil melakukannya, dan mengatur pergerakan pasukan sedemikian rupa sehingga tidak terlihat pasukan Theodore.

Baca Juga :   Quick Impact Program 4: Establishing Premier Integrated Schools in Every Regency and Renovating Schools in Need

Keberhasilan di Ajnadayn juga membuka jalan untuk keberhasilan-keberhasilan susulan di wilayah Romawi Timur. Hal ini memicu Kaisar Romawi Timur, Heraclius, untuk membentuk pasukan khusus dengan jumlah 400.000 orang demi mengejar dan menghadapi pasukan Khalid. Karena pasukan Khalid pada saat itu hanya 25.000 orang, Khalid memancing pasukan Romawi Timur untuk bertemu di Yarmuk (Agustus 636 M).

Di Yarmuk, jumlah pasukan Romawi Timur 16x lebih besar dari pasukan Khalid. Namun Khalid berhasil memanfaatkan topografi wilayah Yarmuk, memukul mundur pasukan Romawi Timur hingga begitu banyak pasukan harus jatuh ke jurang Yarmuk. Sejarah mencatat, kepanikan yang melanda pasukan Romawi Timur saat itu menyebabkan 120.000 pasukan mati, walau korban di pasukan Islam hanya 1.000 pasukan saja.

Kekalahan Romawi Timur di Yarmuk adalah awal dari keruntuhan kerajaan Romawi Timur dan kekekalan agama Islam di peninsula Arab hingga hari ini. Inilah juga yang menyebabkan sebagian besar sejarawan perang menilai perang Yarmuk sebagai perang paling penting dalam sejarah dunia modern. Hasil perang Yarmuk yang dimenangkan umat Islam menentukan bentuk dari peradaban Eropa modern, dan membuka jalan ekspansi Islam ke seluruh dunia, termasuk ke wilayah yang sekarang Spanyol.

Keberhasilan Khalid bin Walid di Yarmuk adalah bukti perencanaan dan eksekusi taktik yang unggul dapat mengalahkan pasukan yang jumlah dan peralatannya lebih unggul. Khalid lah yang menentukan pertempuran di Yarmuk. Khalid memanfaatkan topografi Yarmuk untuk mengurangi kemungkinan gerak pasukan

lawan. Khalid memanfaatkan besarnya pasukan lawan untuk menciptakan kepanikan saat pasukan Khalid menjepit posisi lawan. Khalid juga secara strategis menempatkan pasukan khusus untuk menunggu di lajur satu-satunya yang bisa digunakan oleh musuh untuk kabur dari medan pertempuran.

Hal kedua yang membuat saya sangat kagum pada Khalid adalah kebesaran hatinya. Khalid untuk selalu menempuh jalan damai dan mengorbankan waktunya walau mengetahui ia bisa memenangkan perang langsung. Khalid juga sangat taat pada perintah pimpinan politik yang berlaku saat itu.

Dua hal ini terlihat saat pasukan Khalid mengepung kota Yerusalem (636-637 M). Ini adalah saat, untuk pertama kalinya, kota Yerusalem jatuh ke penguasaan umat Islam. Saat itu, walau kembali kalah jumlah dengan 90.000 pasukan Romawi Timur yang menjaga kota Yerusalem, 20.000 pasukan Khalid baru saja menang begitu banyak pertempuran. Namun Khalid tidak menyerbu masuk ke dalam kota. Pasukan Khalid mengepung dan menunggu sampai pimpinan kota Yerusalem pada saat itu, Santo Sophronius, memilih untuk menyerahkan kota Yerusalem secara damai pada pimpinan umat Islam, Khalifah Umar.

Baca Juga :   Sersan Dua TNI (Purn) Slamet Pujiwarna

Setelah rantai kemenangan Khalid melawan Persia dan Romawi Timur, Khalid dipanggil oleh Khalifah Umar dan diperintahkan untuk berhenti sebagai panglima perang. Khalid menerima perintah ini tanpa berdebat, dan memilih pensiun di Madinah sampai akhir hayatnya. Butuh kebesaran hati yang luar biasa untuk menerima pencopotan di puncak karier. Kebesaran hati inilah yang ditunjukkan oleh Khalid.

Hal ketiga yang membuat saya sangat kagum pada Khalid adalah apa yang menjadi tema berulang di buku Kepemimpinan Militer ini. Seorang pemimpin militer yang efektif selalu adalah pemimpin yang memimpin perang dari depan. Khalid membangun reputasinya dengan memimpin dari depan. Ia selalu ada di tengah-tengah pasukan. Ia selalu memimpin gerakan-gerakan taktis yang sulit. Ia terkenal mampu memainkan dua pedang sambil menunggang kuda. Ia ikut haus bersama pasukan saat harus melewati gurun pasir berhari-hari, kadang berminggu-minggu.

Untuk membuat gerakannya semakin efektif, Khalid membentuk pasukan khusus yang dipimpin langsung olehnya. Pasukan khusus berkuda ini dinamakan Jaisy Az-Zahf. Untuk meningkatkan moril pasukan, hampir semua manuver sulit seperti manuver penyergapan pasukan musuh dari samping dan/atau dari belakang dilakukan oleh pasukan yang dipimpin langsung Khalid ini.

Sudah tiga alasan saya sampaikan di sini, kenapa menurut saya Khalid adalah jenderal terbaik sepanjang sejarah. Ia membuktikan bahwa pasukan yang unggul secara taktik dapat menang melawan pasukan yang unggul di atas kertas. Ia punya hati yang besar untuk menempuh jalan damai dan mengikuti perintah atasan. Ia juga selalu memimpin pasukan dari depan.

Tidaklah mengherankan, dengan rekam jejak seperti ini, Nabi Muhammad SAW memberikan gelar "Pedang Allah" pada Khalid bin Walid. Saya sangat merekomendasikan semua orang yang ingin mempelajari sejarah pemimpin-pemimpin militer dunia untuk mempelajari secara dalam rekam kepemimpinan Khalid bin Walid.

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga