Jakarta – Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Presiden RI Prabowo Subianto sejak awal ikut menangani proses negosiasi tarif setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan “liberation day” atau deklarasi independensi ekonomi pada 2 April 2025.
Airlangga yang juga menjadi ketua tim negosiasi menuturkan Prabowo meminta tim segera mengirimkan surat tanggapan kepada Trump dan ia memastikan surat dari Indonesia adalah yang pertama sampai ke Gedung Putih, Washington DC.
“Dari situ Pak Presiden (Prabowo) langsung merespons. Dan Pak Presiden langsung merespons dalam bentuk pernyataan resmi juga. Pak Presiden meminta Indonesia untuk berkirim surat. Nah, Indonesia langsung berkirim surat. Seluruhnya dibaca oleh Pak Presiden apa yang responsnya kita dan itu langsung dikirim ke White House. Sesudah tanggal 2 April. Jadi saya bisa klaim ini surat pertama yang diterima White House sesudah Trump liberation tariff adalah surat dari Indonesia,” ujar Airlangga dalam video wawancara ‘Real Talk with Uni Lubis: Kisah di Balik Telepon Presiden Prabowo-Trump’ yang diunggah YouTube IDN Times, dikutip Jumat (1/8).
Airlangga menjelaskan pada saat yang sama, tim negosiasi lintas kementerian/lembaga yang ia pimpin tengah membahas poin-poin perdagangan dengan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) serta Indonesia-EU CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement).
Ia pun mengatakan Prabowo menginstruksikan agara tim membuat “menu” paket khusus yang bisa ditawarkan kepada Trump.
“Jadi sebetulnya menu yang diminta Presiden Trump ada menjadi bagian dari menunya OECD maupun IEU CEPA, tinggal mana yang menjadi lebih perhatian utama dari masing-masing negara. Dan ini yang membedakan itu adalah menu, istilahnya Pak Presiden adalah ‘menu pak pok’. Jadi trade-nya dibikin fair and square. Berapa yang Amerika merasa defisit dengan Indonesia, menurut catatan kita kan sekitar 16, hampir 17 miliar (Dolar AS). Menurut Amerika 19 miliar (Dolar AS). Tapi Pak Presiden mau langsung merespons yang 19 miliar (Dolar AS) saja dalam bentuk komersial,” tuturnya.
Selanjutnya, Airlangga menyatakan alasan krusial tarif ekspor RI ke AS yang sebelumnya ditetapkan 32% hingga bisa turun jadi 19% karena dokumen serta “menu” yang diajukan Indonesia memenuhi syarat.
Ia sendiri bertemu secara langsung dengan perwakilan perdagangan AS Jamieson Greer dan melakukan pertemuan secara online dengan pihak lainnya.
“Indonesia dianggap paling comply (patuh). Artinya, mulai dari kita bersurat itu sebelum 9 April. Jadi sebelum deadline mereka sudah terima surat dari Indonesia. Kemudian sudah ada kunjungan dari tim ke White House. Dan kita sudah walk through all the document (meninjau seluruh dokumen). Jadi dokumen itu sudah walk through. Kemudian kita sudah memberikan respons juga. Dan responsnya itu bukan hanya melalui meeting, tetapi juga tertulis. Jadi ada first offer (tawaran pertama), ada second offer (tawaran kedua),” jelas Airlangga.
Ia juga menegaskan komunikasi lewat telepon antara Prabowo dan Trump menjadi kunci dari kesepakatan itu. Momen itu sempat diunggah Prabowo melalui akun Instagram resminya pada pertengahan Juli lalu.
“Sehingga dengan demikian kita berdiskusi, mereka menganggap dengan Indonesia keseluruhan isunya done (selesai). Tinggal dari mereka lapor ke Presiden Trump dan kami lapor ke Presiden Pak Prabowo. Dan mengenai tarif, Pak Presiden, dua Presiden ini yang memutuskan. Jadi kuncinya 19% ini akhirnya finalnya ada di percakapan telepon itu,” kata Airlangga.