Dukungan terhadap makan siang gratis di sekolah mencerminkan komitmen terhadap kesetaraan dalam pendidikan, di mana setiap anak memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu tanpa terhambat oleh faktor ekonomi. Program ini juga berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung, di mana anak-anak dapat fokus pada pengembangan potensi mereka tanpa khawatir akan kekurangan gizi.
Melalui makan siang gratis di sekolah, masyarakat dan pemerintah berupaya menciptakan fondasi yang kokoh untuk masa depan generasi muda, memberikan mereka peluang yang setara untuk meraih kesuksesan melalui pendidikan yang baik dan dukungan nutrisi yang memadai.
Program pemberian makan siang gratis bagi anak usia sekolah dan bantuan gizi bagi ibu hamil serta balita telah menjadi topik perbincangan di ranah publik. Diskusi terkait kebijakan ini melibatkan berbagai perspektif dari para pemangku kepentingan yang berbeda. Berikut adalah penjabaran dari diskusi dan pertanyaan yang muncul seputar program tersebut:
Anak usia sekolah tidak butuh makan siang dan susu gratis. Perlunya internet gratis.
Anak usia sekolah kita belum dapat asupan gizi yang cukup. 41% anak usia sekolah tidak sarapan, 58% pola makannya tidak sehat, dan 32% menderita anemia. Makan siang gratis bantu tingkatkan asupan gizi anak, perbaiki kesehatan anak dan konsentrasi anak.
APBN Rp. 400 triliun lebih baik untuk 21 program kami daripada satu program makan anak anak sekolah saja.
APBN untuk makan gratis di sekolah adalah investasi masa depan generasi bangsa. Menurut PBB, 1 dolar investasi program ini terbukti beri manfaat 9x lipat.
Tambahan APBN Rp. 400 triliun untuk makan siang dan susu gratis tidak realistis.
Rp. 400 triliun untuk makan gratis di sekolah hanya 2% PDB Indonesia. Hitungan Intriliun untuk makan gratis di sekolah hanya 2% PDB Indonesia. Hitungan Indonesia Food Security Review, tingkatkan penerimaan negara dari 12% PDB ke triliun / tahun.
Program susu gratis akan untungkan peternak luar negeri karena mayoritas susu kita impor.
Menurut Indonesia Food Security Review program ini akan dan wajib hidupkan kembali kebijakan yang wajibkan pabrik susu dalam negeri membeli susu peternak lokal secara bertahap. Di era Presiden Suharto, mayoritas konsumsi susu di Indonesia adalah hasil peternak lokal. Kebijakan ini dihentikan karena jadi syarat LOI IMF saat krisis 1997.
Makan siang dan susu gratis tidak atasi stunting karena anak kurang dari 3 tahun belum pergi sekolah dan stunting adalah soal gizi ibu hamil dan 1.000 hari pertama. Benar?
Selain makan siang dan susu gratis di sekolah, program ini sepaket juga akan berikan bantuan gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Pemberian bantuan gizi bagi ibu hamil dan anak balita akan dilakukan melalui Posyandu dan PAUD setiap hari.
Program makan siang dan susu gratis rawan dikorupsi.
Di banyak negara program ini dirancang untuk diawasi ketat langsung oleh Presiden melalui penyuluh gizi, untuk kurangi risiko korupsi. Selain itu akan ada aplikasi pengaduan khusus untuk pengawasan oleh orang tua pelajar, yang dimonitor langsung oleh Presiden atau Perdana menteri.
Program makan siang dan susu gratis tidak perlu untuk sekolah swasta.
Pendapat ini mengabaikan fakta bahwa anak-anak dari keluarga kurang mampu di sekolah swasta juga membutuhkan asupan gizi yang cukup. Faktanya, mayoritas sekolah swasta di Indonesia (misal 3.300 sekolah Muhammadiyah) mendidik anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Diskusi ini menggambarkan kompleksitas dari isu kesejahteraan anak usia sekolah dan gizi masyarakat secara umum. Dengan mempertimbangkan berbagai perspektif yang berbeda, implementasi program ini menjadi sebuah tantangan yang membutuhkan sinergi dan keterlibatan dari berbagai pihak untuk memastikan tercapainya tujuan kesejahteraan yang lebih luas bagi masyarakat.