Sangat disayangkan, hari ini masih banyak orang yang belum sepenuhnya memahami urgensi dan dampak luas dari isu perubahan iklim yang semakin mengintai kehidupan kita di seluruh dunia. Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu lingkungan, melainkan sebuah ancaman serius yang merambah ke berbagai aspek kehidupan, menggugah keamanan global dengan meningkatnya suhu dunia, perubahan pola cuaca ekstrem, dan kenaikan permukaan air laut.
CCS dan CCUS: Tren Baru dalam Transisi Energi
Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) menjadi sorotan dalam upaya mencapai tujuan global Net Zero Emission (NZE) (Kemenperin, 2023). Melalui teknologi ini, karbon dioksida (CO2) dari bahan bakar fosil maupun limbah hasil pembakarannya dapat ditangkap kembali untuk disimpan di bawah tanah, dengan harapan dapat meningkatkan produksi migas dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kontribusi CCUS pada Pengurangan Emisi Global
Menurut Roadmap International Energy Agency (IEA) untuk NZE tahun 2050 di sektor energi, teknologi CCUS akan berkontribusi lebih dari 10% dari total pengurangan emisi global pada tahun 2050. Inovasi ini memainkan peran krusial dalam mendukung upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
15 Proyek CCS/CCUS di Indonesia dalam 5 Tahun Mendatang
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan informasi bahwa Indonesia berkomitmen meluncurkan 15 proyek CCS/CCUS dalam 5 tahun mendatang. Proyek-proyek ini melibatkan kerja sama antara perusahaan-perusahaan ternama seperti Pertamina, Chevron, ExxonMobil, dan banyak lagi.
Contoh Proyek:
 Arun CCS: Kolaborasi antara Carbon Aceh, PEMA, dengan target operasi pada tahun 2028.
 Central Sumatera Basin CCS/CCUS Hubs: Proyek yang melibatkan Pertamina dan Mitsui, dengan target operasi juga pada tahun 2028.
 Sakakemang CCS: Repsol Sakakemang B.V
 Coal to DME + CCS/CCUS: Pertamina dan Chiyoda Corp dengan potensi CO2: 26 atau 131 juta tCO2 selama 20 tahun
 Ramba CCUS/EOR: Pertamina dengan Target Operasi: 2030
 Pilot CO2 Huff dan Puff Jati Barang: Pertamina dan JOGMEC. Tahun Operasi: 2022
 CCUS Study: Pertamina dan Chevron. Lokasi Potensial: Jawa Barat dan Jawa Timur
 Gundih CCUS/EGR: Pertamina, CoE ITB, JGC, J-Power, Janus & Supported by METI Japan. Target Operasi: 2027. Potensi CO2: 3 Juta tCO2 selama 10 tahun
 East Kalimantan & Sunda Asri Basin CCU/CCUS Hubs: Pertamina & ExxonMobil. Target Operasi: 2028
 CCU to Metanol RU V Balikpapan: Pertamina & Air Liquide. Target Operasi: 2028
 Sukowati CCUS/EOR: Pertamina, LEMIGAS & JAPEX Supported by METI Japan. Target Operasi: 2026-2027. Potensi CO2: 7-14 Juta tCO2 selama 15 tahun
 East Kalimantan CCS/CCUS Study: Kaltim Parna Industri & ITB. Target Operasi: 2028. Potensi CO2: 10 Juta tCO2 selama 10 tahun
 Blue Amonia + CCS: Panca Amara Utama, JOGMEC, Mitsubishi, ITB, dan Pertamina. Potensi CO2: 19 Juta tCO2 selama 20 tahun
 Tangguh EGR/CCUS: Bp Berau Ltd. Target Operasi: 2026/2027. Potensi CO2: 25-33 Juta tCO2 selama 10-15 tahun
 Abadi CCS/CCUS: Inpex Masela Ltd. Potensi CO2: 70 Juta ton CO2 native pada tahun 2025.
Pentingnya Penangkapan dan Penyimpanan Karbon
Mengacu pada Energy Factor, tindakan penangkapan dan penyimpanan karbon dalam tanah tidak hanya menjamin penyimpanan yang aman dan permanen, tetapi juga memiliki potensi untuk menyerap hingga 90% emisi dari aktivitas industri. Inovasi ini memainkan peran krusial dalam mendukung dekarbonisasi industri yang membutuhkan energi besar.
Mari bersama-sama mendukung dan memahami pentingnya penangkapan dan penyimpanan karbon dalam melibatkan karbondioksida yang dimasukkan jauh ke bawah tanah. Teknologi CCS/CCUS membawa harapan untuk mencapai tujuan Net Zero Emission dan menjadi tonggak penting dalam perubahan menuju industri yang lebih ramah lingkungan.
Sumber: Tim Senopati