Search
Close this search box.

Mehmed II

Foto: allthatsinteresting.com

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

“Tapi lebih dari sekedar kemampuan militernya, bagi saya, Mehmed II adalah tokoh inspiratif di berbagai bidang lainnya. Dia adalah pemimpin yang toleran, dan membiarkan rakyatnya memiliki kebebasan beragama. Misalnya, setelah ia menguasai wilayah -wilayah di Bosnia, ia mengizinkan para pendeta untuk menjalankan agama mereka bebas dari penganiayaan.”

Mehmed II, juga dikenal dengan sebutan Mehmed Sang Penakluk, lahir di Edirne, saat itu ibu kota negara Ottoman. Ia adalah anak dari Sultan Murad II dan salah satu budaknya. Karena ia anak Sultan, ketika ia berusia 11 tahun ia dikirim ke wilayah pinggiran bersama dengan dua penasihat Sultan untuk mendapatkan pengalaman dalam pemerintahan. Dia juga mendapatkan sekelompok guru untuk belajar.

Baca Juga :   Mikhail Illarionovich Kutuzov

Setahun setelah Mehmed dikirim belajar, pada tahun 1444 Murad II berdamai dengan Hongaria. Ia memilih turun dari tahta dan menyerahkan kendali kerajaan kepada putranya yang berusia 12 tahun. Mehmed II menjadi Sultan Ottoman untuk periode dua tahun.

Meskipun usianya masih muda, Mehmed II menunjukkan keberhasilan kepemimpinan selama dua tahun itu. Ketika Hungaria melanggar gencatan senjata, misalnya, pasukannya mengalahkan serangan dadakan Hungaria.

Pada 1451, setelah periode singkat di mana Murad II diberikan kembali takhta untuk membantu memulihkan stabilitas, Mehmed II kembali melanjutkan pemerintahan Ottoman setelah kematian ayahnya. Kali ini, ia fokus memperkuat angkatan laut Ottoman dan mempersiapkan serangan ke kota Konstantinopel, sekarang Istanbul.

Menjelang serangan ini, ia membangun sebuah benteng besar di sisi Eropa dari Selat Bosphorus. Meriam di benteng ini membantunya meminta pajak pada kapal yang melewati Selat Bosphorous. Ketika ada satu kapal Venesia mencoba tidak bayar pajak, kapal itu berhasil ditenggelamkan dan para pelaut yang masih hidup dipenggal kepalanya.

Baca Juga :   Jenderal Joshua L. Chamberlain

Pada April 1453, Mehmed II memulai pengepungan Konstantinopel. Diperkirakan ia membawa 200.000 tentara, ditambah 70 artileri dan 320 kapal angkatan laut. Setelah 57 hari, kota itu akhirnya jatuh. Mehmed II kemudian menggunakannya sebagai ibu kota Ottoman dan mengakhiri Kekaisaran Bizantium. Hebatnya, saat itu dia masih berusia 20an.

Setelah menguasai Konstantinopel, Mehmed II terus memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup banyak wilayah di Eropa Tenggara, sehingga mendapatkan julukannya “Sang Penakluk.” Untuk agresinya ini, ia dianggap sebagai pahlawan oleh masyarakat Turki dan sebagian masyarakat dunia Muslim. Tapi lebih dari sekedar kemampuan militernya, bagi saya Mehmed II adalah tokoh inspiratif di beberapa bidang lainnya. Dia adalah pemimpin yang toleran, dan membiarkan rakyatnya memiliki kebebasan beragama. Misalnya, setelah ia menguasai wilayah-wilayah di Bosnia, ia mengizinkan para pendeta untuk menjalankan agama mereka bebas dari penganiayaan.

Baca Juga :   Quick Impact Program 2: Providing Free Health Check-ups, Eradicating Tuberculosis (TB), and Building High-Quality Full-Service Hospitals in Every Regency

Selain itu, Mehmed II adalah pelindung dan patron karya seni yang luar biasa. Dia memiliki koleksi seni dan sastra Barat yang cukup besar. Memang, dia adalah seorang sarjana sastra dan sejarah. Hal ini mendorongnya untuk membangun perpustakaan besar dengan lebih dari 8.000 manuskrip dalam lebih dari selusin bahasa. Karena kecintaan saya pada sastra dan sejarah, ini juga yang membuat saya kagum dengan Mehmed II.

 

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga