Search
Close this search box.

Kepemimpinan Mayor Jenderal TNI (Purn) Mung Parahadimulyo

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Sebenarnya saya tidak terlalu dekat mengenal Mayor Jenderal TNI (Purn.) Mung Parahadimulyo. Tapi beliau adalah perwira yang sangat terkenal di kalangan Angkatan Darat pada tahun 60- an, 70-an dan 80-an. Beliau Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD yang menjadi legendaris juga.

Beliau terkenal karena selalu memberikan teladan, memimpin dengan keteladanan, memimpin dengan contoh. Beliau selalu yang harus memulai lebih dahulu pada setiap pelatihan. Apakah itu memanjat tebing, turun tebing, terjun, lempar pisau, nembak, atau lari. Beliau sangat kuat fisiknya.

Baca Juga :   Cao Cao

Beliau pernah memimpin lari seluruh pasukan yang terdiri dari 1 resimen dan dua batalyon dari Cijantung ke Cililitan pulang pergi. Kalau berlari beliau selalu membawa senjata, membuka baju seperti anak buahnya. Beliau sangat terkenal sebagai perwira Spartan. Perwira yang tangguh dan kuat fisiknya.

Beliau tidak memiliki pembantu di rumah. Karena itu sebelum ke kantor, beliau menyapu dan mengepel rumah dahulu untuk membantu istri. Makanya pukul 04.30 pagi sudah bangun. Yang membuat kita terkesan juga beliau melarang istri dan anak menggunakan kendaraan dinas. Sementara beliau tidak mempunyai kendaraan lain. Sehingga anaknya harus jalan kaki ke sekolah. Sementara istrinya naik becak kalau hendak belanja.

Baca Juga :   Quick Impact Program 2: Providing Free Health Check-ups, Eradicating Tuberculosis (TB), and Building High-Quality Full-Service Hospitals in Every Regency

Kalau memakai baju selalu yang sudah belel. Baju hijau belel itu menjadi kebanggaan bagi TNI pada saat itu. Sedangkan kalau berkunjung, beliau tidak mau disuguhi makanan mewah. Harus sama dengan prajurit. Bahkan beliau juga sering membawa air minum sendiri. Sehingga sangat sulit untuk mengikuti Pak Mung ini.

Saya pertama kali bertemu Pak Mung saat masih di AKABRI. Pada saat itu, pukul 05.00 WIB. Waktu bangun pagi lalu mau senam. Trompet sudah bunyi. Sementara kami saat itu sedang jalan ke kamar mandi. Tiba-tiba kami melihat ada sosok berdiri. Perawakannya tidak terlalu tinggi, memakai celana pendek, kaus putih, dan sepatu kets.

Baca Juga :   Prabowo Subianto Through the Eyes of Others: Testimonials and Hopes

Beliau melihat kami. Kami membalas melihatnya kembali. Dia hanya melihat dan tidak menegur. Setelah kami sadar siapa dia, kami langsung lari menuju lapangan olahraga.

Saat itu beliau menjabat sebagai Inspektur Jenderal Angkatan Darat. Beliau sidak pagi-pagi ke AKABRI.

Dari Pak Mung, saya belajar banyak tentang pentingnya seorang Panglima harus lebih maju dibandingkan anak buahnya, harus lebih ahli dibandingkan anak buahnya.

Makanya dalam setiap kesempatan saya pun melakukan hal yang serupa, saya selalu berusaha keras menjadi yang terbaik, misal berlatih keras agar bisa menjadi yang terbaik dalam menembak dibandingkan anak-anak buah saya, dan keahlian-ahlian penting lainnya di keprajuritan dan keperwiraan.

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga