Search
Close this search box.

Jomo Kenyatta

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

“Ada banyak hal yang bisa dikagumi dari seorang Jomo Kenyatta. Dia adalah seorang orator yang hebat. Kenyatta adalah seorang nasionalis yang menjadikan Kenya bebas dari kolonialisme Inggris. Dia adalah seorang negarawan.

Namun yang terpenting, Kenyatta tidak hanya mewujudkan nasionalisme Kenya, ia juga memberikan kekuatan dan inspirasi untuk gerakan nasionalisme di seluruh benua Afrika.”

Jomo Kenyatta adalah seorang nasionalis yang membebaskan Kenya dari kolonialisme Inggris Raya jadi negara merdeka. Ia berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang petani, dan dia dibesarkan oleh seorang kakek yang merupakan seorang penyembuh tradisional di sukunya.

Seperti banyak orang di pedesaan Kenya pada saat itu, Kenyatta menempuh pendidikan sekolah dasar dari misionaris Inggris. Selesai sekolah dasar, ia pindah ke kota dan melakukan serangkaian pekerjaan kasar selama dan setelah Perang Dunia Pertama.

Baca Juga :   Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani

Meskipun sentimen anti-kolonial meningkat di Kenya setelah perang, Kenyatta tetap menjaga jarak dengan para aktivis anti kolonial. Ini karena dia punya pekerjaan dengan upah yang relatif baik, dan dia tidak mau penghasilannya yang menguntungkan terhenti karena mengagitasi Inggris.

Namun sukunya telah membentuk organisasi 'kuasi-politik' untuk melobi Inggris atas undang-undang yang mendiskriminasi kulit hitam. Ketika Inggris berjanji untuk menaikkan gajinya karena usaha diplomasi ini, Kenyatta secara sukarela membantu sebagai sekretaris kelompok.

Sambil berhati-hati agar kritiknya tetap konstruktif, Kenyatta mulai menyuarakan berbagai keluhan terhadap Inggris. Pada tahun 1929, saat melakukan perjalanan ke London, ia bertemu dengan banyak kelompok anti-imperialis. Pada saat ia kembali ke Kenya pada tahun berikutnya, reputasinya telah terbentuk sebagai seorang nasionalis.

Pada tahun 1931 Kenyatta melakukan perjalanan lagi ke Eropa. Pada tahun 1935, ia bertemu dengan sejumlah aktivis Afrika di London dan mulai memberikan pidato-pidato anti-kolonialisme.

Selama Perang Dunia Kedua, ia terjebak di Inggris dan bekerja sebagai buruh tani untuk menghindari wajib militer. Kenyatta tidak kembali ke tanah airnya sampai tahun 1946. Pada saat itu, ia sudah terkenal sebagai pejuang kemerdekaan Pan-Afrika dan Kenya.

Baca Juga :   Samora Moisés Machel

Untuk bertahan hidup, Kenyatta harus bekerja sebagai kepala sekolah. Pada waktu luangnya, ia fokus pada aktivisme kemerdekaan. Hal ini membuatnya sangat populer di seluruh Afrika, meskipun dicerca oleh minoritas kulit putih Kenya.

Di awal tahun 50-an, di daerah pedesaan Kenya sekelompok gerilyawan melancarkan Pemberontakan Mau Mau. Kenyatta berulang kali mengecam kekerasan Mau Mau. Pada tahun 1952 pihak Inggris mengambil kesempatan untuk membungkam Kenyatta dengan menuduhnya mendalangi pemberontakan. Kenyatta dipenjara sampai tahun 1959, kemudian dikirim ke pengasingan selama 2 tahun lagi.

Jika Inggris berpikir hukuman penjara akan menghilangkan Kenyatta dari kancah politik Kenya, mereka keliru. Ia malah menjadi martir politik dan simbol perjuangan di seluruh benua Afrika selama di penjara. Kenyatta juga menyampaikan bahwa dia tidak memiliki dendam saat dibebaskan dan terus menghindari upaya kemerdekaan dengan kekerasan.

Baca Juga :   8 Prestasi Prabowo Sebagai Menteri Pertahanan Sejak 2019: Prestasi Calon Presiden

Terjun ke dunia politik, Kenyatta memimpin partainya meraih kemenangan dalam pemilihan nasional yang diadakan pada tahun 1963. Kemenangan elektoral ini membuatnya jadi Perdana Menteri Kenyata berkulit hitam pertama pada tahun berikutnya. Hal pertama yang dia lakukan adalah menyusun kabinet yang memiliki perwakilan dari semua suku utama. Dia juga mempromosikan rekonsiliasi dengan minoritas kulit putih. Karena berbagai upayanya, Kenyatta didukung oleh orang kulit putih dan kulit hitam. Kenyatta terus mendapat mandat sebagai Perdana Menteri hingga meninggal pada tahun 1978.

Saya pikir ada banyak hal yang bisa dikagumi pada sosok Jomo Kenyatta. Dia adalah seorang orator yang hebat. Dia tidak sedikit pun rasis; Salah satu istrinya adalah orang Inggris. Namun yang terpenting, Kenyatta tidak hanya mewujudkan nasionalisme Kenya, ia juga memberikan kekuatan dan inspirasi untuk gerakan nasionalisme di seluruh benua Afrika.

 

 

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga