Visi Indonesia Emas 2045 yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maju, sejahtera, dan berkeadilan sosial akan terancam tidak tercapai apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Saat ini, Indonesia masih bergumul dengan kondisi SDM yang tertinggal dari negara-negara lain.
Belum lama, Indonesia mengalami kekalahan telak dari Australia pada perdelapan final Piala Asia 2023 di Qatar, Minggu (28/1/2024). Gol-gol yang tercipta antara lain berkat bola-bola atas yang memanfaatkan keunggulan tinggi badan para pemain Australia atas Indonesia. Terlepas dari berbagai hal teknis, kenyataan ini menggugah kembali perhatian terhadap kesiapan kualitas SDM Indonesia untuk dapat berkompetisi di tingkat global.
Meski tidak menjadi satu-satunya patokan, menarik untuk menyimak perbedaan mencolok antara SDM Indonesia dengan Australia. Secara fisik, tinggi badan rata-rata orang Australia lebih tinggi 16 cm dibandingkan orang Indonesia. Postur tubuh yang lebih tinggi itu antara lain dipengaruhi asupan gizi. Rata-rata konsumsi susu Australia 6 kali lebih tinggi dibandingkan orang Indonesia. Demikian pula, konsumsi daging 6 kali lebih tinggi orang Australia dibandingkan orang Indonesia.
Program susu di berbagai negara
Pentingnya susu sebagai sumber gizi membuat sejumlah negara maju seperti Jerman dan Jepang sudah lama menerapkan kebijakan minum susu untuk siswa TK-SD. Di Jerman, pemerintah telah meluncurkan program “Schulmilch” atau “Susu Sekolah” pada tahun 1954. Program ini memberikan susu gratis kepada siswa sekolah dasar dan menengah di seluruh negara.
Di Jepang, sejak 1889 pemerintah mengisiasi program makan siang di sekolah di Prefektur Yamagata untuk anak-anak sekolah dasar keluarga kurang mampu. Sejak 1954, program tersebut meluas dan kini telah mencakup seluruh semua sekolah dasar dan hampir semua sekolah lanjutan tingkat pertama. Para siswa mendapat hidangan lengkap dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Di lingkungan ASEAN, Thailand juga sudah menerapkan hal tersebut. Pada tahun 1992, mendiang Raja Rama IX meminta pemerintah Thailand untuk melaksanakan program susu sekolah. Program ini mewajibkan semua siswa SD di Thailand untuk minum susu saat istirahat siang. Sekitar 40 persen dari produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) Thailand tiap hari diserap oleh program ini, sedangkan 60 persen sisanya untuk komersial.
Sejumlah manfaat yang dirasakan Thailand dengan dijalankannya program tersebut antara lain: siswa SD yang terbiasa minum susu akhirnya semakin dewasa dan terbiasa, konsumsi per kapita susu naik drastis, tinggi badan anak-anak meningkat 5 cm per tahun dibandingkan 2-3 cm di tahun pertama, angka stunting turun drastis, IQ rata-rata meningkat, dan skor PISA meningkat.
Sementara itu, di Malaysia, pemerintah meluncurkan program susu sekolah pada tahun 1983. Program ini memberikan susu gratis kepada siswa sekolah rendah dan menengah di seluruh negara. Selain itu, pemerintah Malaysia juga meluncurkan program “Susu 1 Malaysia” pada tahun 2011. Melalui program tersebut, tingkat konsumsi susu terus meningkat. Masyarakat Malaysia mengonsumsi sekitar 80 juta liter susu setiap tahun, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8 persen sejak 2010
Di luar manfaat kesehatan yang sudah teruji, jika dijalankan program susu gratis juga akan menggairahkan kembali industri susu nasional. Seperti pengalaman Thailand, sejak menginisiasi program susu sekolah pada tahun 1992, kini negara tersebut menjadi pengekspor produk susu terbesar di ASEAN.
Www.semanticscholar.org
Susu merupakan salah satu sumber gizi utama dengan nilai biologis protein yang tinggi, bahkan lebih tinggi ketimbang nasi, ikan, daging, dan kacang-kacangan. Grafik pertumbuhan manusia di atas memperlihatkan pertumbuhan manusia pada berbagai fase kehidupan. Konsumsi protein sangat penting, terutama selama fase bayi dan fase remaja, karena ini adalah periode pertumbuhan yang cepat.
Selama fase bayi, bayi membutuhkan jumlah protein yang signifikan untuk mendukung perkembangan fisik yang cepat. Itu sebabnya, ibu disarankan untuk memperhatikan nutrisi dan menyusui untuk memberikan nutrisi yang diperlukan. Pada fase remaja, terjadi puncak kecepatan pertumbuhan yang menunjukkan periode lain di mana peningkatan asupan protein diperlukan untuk mendukung lonjakan perkembangan fisik.
Susu mengandung protein yang sangat baik dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya pada 17 tahun pertama. Protein pada susu membantu membangun jaringan tubuh, termasuk otot, tulang, dan organ vital lainnya. Protein juga membantu mempercepat pertumbuhan selama masa kanak-kanak, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan kesehatan tulang. Selain itu, susu juga mengandung kalsium dan vitamin D yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang sehat.
Menurut ahli susu dari Institut Pertanian Bogor Dr Ir Epi Taufik SPt MVPH MSi, jika pemerintah serius untuk menjadikan SDM unggul sebagai prioritas nasional, seyogianya konsumsi susu berikut produk turunannya mendapat perhatian khusus. Epi menjelaskan, berbagai data menunjukkan tingkat asupan protein hewani yang tinggi, termasuk susu, berkorelasi positif dengan tingkat indeks pembangunan manusia (human development index/HDI) dan status kesehatan anak-anak.
Di masa lalu, pentingnya susu bagi kesehatan sudah dikenal melalui slogan "empat sehat lima sempurna", yang menempatkan susu sebagai bagian penting dari makanan pokok masyarakat. Untuk mendukung ketersediaan susu, industri persusuan di dalam negeri juga diberikan payung hukum Keppres No. 2/1985 yang melindungi pengembangan peternak sapi perah rakyat.
Diolah Dari Data Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
Kebijakan itu dirasakan dengan meningkatnya produksi susu dalam negeri. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menyebutkan, produksi susu segar dalam negeri pada tahun 1997 mencapai 1,2 juta ton. Sedangkan kebutuhan susu segar dalam negeri pada tahun tersebut mencapai 1,6 juta ton. Sehingga, produksi susu segar dalam negeri dapat memenuhi hingga 75 persen kebutuhan susu nasional.
Sayangnya, produksi susu segar dalam negeri mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya antara lain sebagai konsekuensi penandatanganan Letter of Intent (LOI) antara Pemerintah dengan IMF pada 1997.
Data kebutuhan susu nasional pada tahun 2023 adalah 4,3 juta ton. Produksi susu segar dalam negeri pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 1 juta ton. Dengan demikian, kontribusi produksi susu segar dalam negeri terhadap kebutuhan susu nasional hanya mencapai 23,25 persen.
Ke depan, harapan tersampir di pundak pemerintah baru agar dengan kebijakan yang tepat, produksi dapat kembali meningkat. Program makan siang dan susu gratis yang ditawarkan oleh salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden, menjadi langkah strategis untuk mempersiapkan SDM yang siap berkompetisi di tingkat global.
Sumber: Susu Gratis Penting Agar Sepakbola Indonesia Tidak Terus Kalah Lawan Australia