Search
Close this search box.

Georgy Konstatinovic Zhukov

Foto: britannica.com

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

“Georgy Konstatinovic Zhukov lahir dari keluarga petani miskin di Strelkovka. Sebagai seorang komandan militer Uni Soviet, Zhukov adalah salah satu dari sedikit jenderal yang bertugas dalam Perang Dunia pertama dan juga Perang Dunia kedua.

Zhukov adalah pemimpin lapangan yang dapat diandalkan. Dia jenderal profesional yang mahir taktik dan strategi militer. Dia menjadi terkenal karena pemberani dan sangat gigih dalam pertempuran.”

Pada tahun 1915 selama kekacauan Perang Dunia Pertama, Georgy Konstantinovich Zhukov ikut kebijakan wajib militer Kekaisaran Rusia dan ditempatkan di korps Kavaleri Angkatan Darat. Zhukov yang berusia 19 tahun pada waktu itu terbukti sebagai prajurit yang berani dan mampu. Dua kali ia dianugerahi medali penghargaan Salib Santo Georgius.

Baca Juga :   Whatever Your Political Leanings, We Can Still Work Together

Setelah Revolusi Oktober 1917, Zhukov bergabung dengan Tentara Merah dan ditugaskan dalam pasukan kavaleri. Pada tahun 1938, Zhukov dikirim ke Mongolia untuk berperang melawan Kekaisaran Jepang. Kemenangan diraih pada tahun 1939, setelah Zhukov dan pasukannya berhasil menaklukkan Jepang. Kemenangan ini membuat Zhukov dinobatkan sebagai pahlawan Uni Soviet.

Selama Perang Dunia Kedua, ketabahan dan kegigihan ditunjukkan Zhukov. Ia berhasil menaklukan Wehrmacht atau angkatan bersenjata Berlin di Front Timur.  Zhukov memegang peranan penting dalam pertempuran tersebut. Bahkan, Zhukov menjadi saksi penting saat Jerman menyerah pada Sekutu di tahun 1945. Karena kiprahnya yang istimewa, Zhukov dipercaya menjadi komandan pertama zona kerja pascaperang Soviet di Jerman.

Karena keberhasilannya di medan perang, Zhukov sangat populer di kalangan masyarakat Soviet. Joseph Stalin merasa kehadiran Zhukov sebagai ancaman untuk kekuasaannya. Karena itu, setelah Perang Dunia Kedua ia tidak lagi diserahkan tanggungjawab sebagai komandan Angkatan Darat Soviet. Zhukov hanya diberi tugas kecil.

Baca Juga :   Leaders, Thinkers, and Heroes Who Inspired Prabowo Subianto

Namun, kematian Stalin pada tahun 1953 membuka jalan bagi Zhukov naik puncak kariernya. Ia dipercaya sebagai Menteri Pertahanan. Namun, empat tahun kemudian, pembersihan internal di Russia terjadi dan sekali lagi Zhukov dipaksa keluar dari pemerintahan. Tahun 1964, Zhukov diminta kembali ke pemerintahan, namun ia memilih untuk menikmati masa pensiunnya.

Karier militer Zhukov yang luar biasa membuatnya menerima banyak penghargaan, termasuk gelar ‘Pahlawan Uni Soviet’ empat kali, gelar ‘Orde Kemenangan’, dan puluhan medali dari belasan negara lain.

Baca Juga :   Setelah 75 Tahun Lebih Merdeka, Kita Belum Sejahtera

Sebagai perwira militer, Zhukov adalah pemimpin lapangan yang inovatif. Beberapa taktik perang yang digunakannya melawan Jepang pada tahun 1939 merupakan ide briliannya. Zhukov dikenal pemberani dan terbuka dalam mengungkapkan pikirannya. Ia adalah salah satu dari sedikit Jenderal yang berani mengungkapkan pikirannya kepada Stalin. Itulah sebabnya anak buah dan masyarakat Soviet sangat menghormatinya. Bahkan ia berteman baik dengan Jenderal Dwight Eisenhower asal Amerika Serikat.

Sampai kematiannya pada tahun 1974, Zhukov adalah tokoh yang sangat populer dan sangat dihormati di Uni Soviet. Kita bisa lihat patung Zhukov di hampir setiap kota di Rusia, dan bahkan ada satu di Mongolia. Zhukov dikremasi dalam upacara militer yang khidmat, dan abunya ditempatkan di Tembok Kremlin bersama para Jenderal dan Marsekal besar Rusia lainnya.

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga