Search
Close this search box.

Jenderal Gebhard Leberecht Von Blücher

Foto: historycollection.com

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] 

“Marsekal Gebhard Leberecht Von Blücher adalah pemimpin militer Prussia (sekarang Jerman) di era perang Napoleon yang sangat menginspirasi saya.

Blücher adalah seorang jenderal yang berani. Ia begitu energik. Ia selalu memimpin pasukannya dari depan. dia memiliki komitmen yang kuar dan semangat yang besar untuk mengalahkan musuh. Kita bisa melihat hebatnya kepemimpinan Blücher terutama di pertempuran Waterloo melawan pasukan Napoleon.”

Salah satu pemimpin militer dunia yang paling saya kagumi adalah Marsekal Gebhard Leberecht von Blücher.

Baca Juga :   The Leadership of Ulysses S. Grant, A General Who Will Fight

Blücher lahir pada tahun 1742 di Rostock, sebuah pelabuhan Baltik di pantai utara Eropa yang sekarang menjadi Jerman. Pada usia 16, ia bergabung dengan Angkatan Darat Swedia sebagai penunggang kuda. Blücher mengalami kesuksesan dalam kariernya di Korps Kavaleri. Berkat keberhasilan demi keberhasilan dalam tugas yang diembannya, ia dipromosikan menjadi Letnan Kolonel. Enam tahun kemudian, naik pangkat menjadi Mayor Jenderal. Tujuh tahun kemudian, ia menjadi Letnan Jenderal.

Selama Perang Pembebasan Eropa melawan Kaisar Napoleon, Blücher berperan sebagai Jenderal lapangan. Ia berhasil mengalahkan pasukan Prancis di Leipzig. Salah satu karakter Blücher yang paling kuat adalah semangatnya yang membara. Hal ini menjadi inspirasi bagi  para Jenderal lain untuk mengikuti jejaknya. Setelah kemenangan atas Prancis pada tahun 1814, Blücher yang berusia 72 tahun, dihujani  beragam penghargaan. Meski telah lewat usia pensiun, Blücher masih ditugaskan sebagai komandan Angkatan Darat Prusia.

Baca Juga :   Arthur Wellesley

Bersama pasukan Sekutu di bawah kepemimpinan Duke of Wellington, pasukan Prussia maju menghadapi Napoleon. Seperti kebiasaannya, Blücher memimpin anak buahnya dengan menunggang kuda dari depan.

Salah satu kisah inspiratif Blutcher saat perang melawan Prancis, Blucher yang berusia 73 tahun sempat terjepit di bawah kudanya yang mati tertembak musuh selama beberapa jam. Setelah ia berhasil membersihkan luka-luka di tubuhnya dengan menggunakan obat herbal, Blucher kembali memimpin pasukannya. Dan ia berhasil menaklukkan Prancis. Ia memasuki kota Paris dengan kemenangan.

Baca Juga :   National Strategic Challenge: Economic Injustice

Tak salah, apabila Blücher dijuluki “Marshal Forward” karena daya juang dan semangatnya yang berapi-api. Tidak mengherankan, ia menjadi salah satu pahlawan Perang Pembebasan Eropa yang paling populer.

Blucher adalah seorang Jenderal yang berani dan layak diakui karena mampu memimpin pasukannya dari depan. Ia Jenderal yang memiliki komitmen serta semangat untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Dia juga menunjukkan bahwa usia hanyalah angka.

Prabowo-Subianto-icon-bulet

Artikel Terkait

Baca Juga

Laksamana Nelson

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto] “Laksamana Horatio