Sejak diumumkan, Danantara langsung jadi sasaran empuk kritik. “Jual aset negara!”, “Privatisasi terselubung!”, “Penguasaan asing!”, “Akal-akalan pemerintah!”, begitu kira-kira tuduhan yang bertebaran. Tapi apakah semua itu benar? Atau justru ini malah menyelamatkan BUMN dari inefisiensi?
Bukan rahasia lagi, selama ini banyak BUMN yang lebih mirip “lubang hitam” anggaran ketimbang mesin penggerak ekonomi. Boros, tumpang tindih, dan sering jadi lahan basah korupsi—lihat saja kasus Pertamina yang baru-baru ini diberantas habis-habisan oleh Pemerintahan Prabowo. Nah, Danantara hadir justru untuk mengakhiri semua itu.
Danantara itu “akal-akalan”? Iya, tapi akal-akalan yang justru menyelamatkan BUMN!
Mari kita jujur. Selama ini banyak BUMN yang jalan di tempat, asetnya besar tapi manfaatnya kecil. Danantara hadir dengan “akal-akalan” baru: bahwa aset yang sebelumnya menganggur bisa dioptimalkan, bukan dilego ke asing.
Ini bukan seperti kasus Indosat di era Megawati yang benar-benar lepas dari tangan negara. Dengan mekanisme golden share, pemerintah tetap memegang kendali penuh. Jadi, kalau ada yang bilang ini privatisasi terselubung, ya jelas salah. Ini bukan jualan, tapi strategi cerdas agar BUMN lebih efisien.
Golden Share: Senjata Rahasia Pemerintah untuk Jaga Kedaulatan Ekonomi
Kalau dulu Indosat dijual tanpa pegangan, sekarang beda. Pemerintah pegang golden share, alias “kartu AS” yang memastikan BUMN tetap dalam kendali negara.
Apa artinya? Artinya, meskipun ada mitra swasta, mereka tidak bisa semena-mena. Mau jual aset seenaknya? Nggak bisa. Mau main klaim kepemilikan? Jangan mimpi. Mau korupsi? Hati-hati, karena pemerintahan Prabowo sedang serius memberantas mafia-mafia, seperti yang terjadi di Pertamina, bahkan di kementerian-kementerian.
BUMN Itu Rumah Besar yang Berantakan – Danantara Jadi Juru Tata
Bayangkan BUMN seperti rumah besar dengan banyak kamar. Beberapa kamar kosong, ada yang penuh sampah, ada juga yang ditempati “penghuni ilegal” (baca: oknum korup). Lalu datanglah Danantara, bukan untuk menjual rumah, tapi untuk menata ulang.
- Kamar kosong disewakan ke penyewa yang bisa bikin rumah lebih produktif.
- Barang yang berantakan dirapikan supaya lebih berguna.
- Dan yang paling penting: pemilik rumah tetap pegang kunci utama!
Jadi, kalau ada yang bilang Danantara itu jual rumah ke asing, itu fitnah. Ini bukan jualan, tapi cara agar rumah kita lebih nyaman dihuni dan lebih menghasilkan uang untuk pemiliknya: rakyat Indonesia!
Danantara: Lebih Buruk dari Temasek dan Khazanah? Atau Justru Lebih Cerdas?
Banyak yang membandingkan Danantara dengan Temasek (Singapura) atau Khazanah (Malaysia). Katanya, Danantara lebih buruk. Benarkah?
Kalau diibaratkan petani:
- Temasek punya modal warisan besar, bisa beli tanah di mana-mana.
- Khazanah lebih hati-hati, lebih suka main aman.
- Danantara? Ini petani yang sebenarnya punya lahan subur, tapi selama ini banyak yang nggak terpakai.
Jadi, kalau Danantara lebih buruk, pertanyaannya: lebih buruk dalam hal apa? Kalau soal menjaga kendali negara atas aset, Danantara justru lebih adaptif dan sesuai dengan kebutuhan Indonesia.
Pengawasan Ketat: Tidak Ada Celah untuk Mafia!
Danantara memang bukan malaikat, tapi juga bukan iblis. Untuk memastikan skema ini tidak disalahgunakan, pengawasan dilakukan dengan super ketat:
- Audit independen untuk memastikan tidak ada korupsi.
- DPR dan BPK ikut mengawasi agar semua proses berjalan transparan.
- Keterlibatan publik, karena rakyat berhak tahu ke mana arah aset negara.
Dan ini bukan isapan jempol. Pemerintahan Prabowo sudah membuktikan bahwa korupsi di tubuh BUMN tidak akan dibiarkan—lihat saja bagaimana mafia Pertamina mulai digulung satu per satu!
Kesimpulan: Danantara Itu Ancaman atau Justru Solusi?
Jadi, apakah Danantara itu ancaman? Kalau kamu koruptor, YA! Ini ancaman terbesar untuk kamu! Tapi kalau kamu rakyat yang ingin melihat BUMN lebih sehat, ini adalah solusi.
Tidak ada aset strategis yang dijual seenaknya. Tidak ada asing yang bisa mengklaim kepemilikan. Danantara justru memastikan bahwa BUMN bisa maju tanpa harus terus bergantung pada APBN.
Kalau dikelola dengan baik, Danantara bisa:
- Membuat BUMN lebih efisien dan menguntungkan negara.
- Mengurangi ketergantungan Indonesia pada pendanaan asing.
- Membuka lapangan pekerjaan dan memperkuat ekonomi nasional.
Jadi, kalau masih ada yang bilang Danantara itu penjualan aset negara, coba tanya lagi: aset yang mana? Kalau aset yang selama ini cuma jadi beban, kenapa tidak kita manfaatkan lebih baik?
Penulis : Ghina Ghaliya (@ghinaghaliya)
https://www.facebook.com/share/p/1A6fNPqMvt/?mibextid=wwXIfr